15

Hari ini sesuai janji, Akil dan Lexi kembali bertemu di Jardin—cafe yang sama dengan tempat kemarin mereka bertemu. Lexi yang datang lebih dulu memutuskan untuk memilih meja yang berada dekat pintu masuk—berbeda dengan meja tempatnya kemarin dan Akil bertemu, karena ia pikir hari ini pertemuan mereka berdua tidak akan lama, Lexi akan mengembalikan charger milik Akil dan ia akan langsung pulang.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya Akil datang dengan setelan kasualnya yang hampir mirip dengan kemarin—kaos putih polos dan celana jins berwarna hitam. Dari tempatnya saat ini berdiri, Akil dapat langsung melihat Lexi yang tengah duduk menghadap ke arahnya. Perempuan dengan rambut panjang itu melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah Akil, yang tentu saja langsung dibalas Akil dengan senyuman juga. Entah kenapa rasanya mereka berdua bukan orang asing yang baru bertemu satu kali.

“Sorry ya, nunggu lama ga?” tanya Akil sambil menarik salah satu kursi yang ada di hadapan Lexi.

“Engga kok, mas Akil.”

“Eh jangan pake mas dong, berasa tuanya nih,” Akil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Eh? apa dong ya manggilnya?” Lexi mengerutkan alisnya.

“Panggil nama aja kali ya?” jawab Akil

“Mba Lexi manggil Rama apa?”

“Manggil nama aja sih,”

“Nah yaudah, manggil saya pake nama aja juga.”

“Yaudah kalo gitu, jangan manggil saya pake mba juga, ya?”

“okedeh, Lexi.” Akil dan Lexi menganggukan kepala bersamaan, tidak lupa juga dengan kedua bibir mereka yang sama-sama menyunggingkan senyuman.