***

Mungkin birthday dinner lebih dianggap suatu hal yang lumrah dilakukan dibandingkan birthday lunch yang saat ini tengah dilakukan Jovan dan Ambar. Mungkin, acara tiup lilin yang ditaruh diatas sepotong kecil kue coklat biasaanya dilakukan di malam hari dengan suasan romantis cafe bintang lima. Tapi, kenapa harus ada kata romantis diantara dua orang yang bisa disebut masih asing, bahkan mereka baru bertemu dua kali.

Pertemuan ketiga antara Jovan dan Ambar yang memang sengaja dilakukan dalam rangka merayakan ulang tahun perempuan yang kini tepat berusia 27 tahun itu. Jangan tanya Ambar kenapa bisa-bisanya dia meng-iyakan ajakan 'perayaan ulang tahun'-nya dengan orang yang baru ia kenal selama 1 minggu.

Mungkin jika dijabarkan, Ambar sebenarnya punya dua alasan kenapa ia yang dianggap teman-temanya termasuk orang yang sulit untuk dekat atau bahkan berkenalan dengan orang asing ini bisa-bisanya duduk berdua di restauran di tengah kota dengan orang yang bahkan alamat rumahnya saja tidak Ambar tahu.

Oke, alasan pertama adalah, karena Jovan itu teman baik Zefa—adik dari ibunya. Jadi bisa Ambar anggap bahwa Jovan adalah orang baik dan bukan penculik.

Alasan kedua atau bisa dikatakan alasan terakhir, karena di kedua pertemuan sebelumnya, entah kenapa obrolan diantara mereka berdua bukan seperti dua orang asing yang baru pertama kali bertemu, semuanya terasa mengalir begitu saja. Apa yang ada di kepala Ambar ternyata sama dengan apa yang Jovan katakan jika mereka sedang membahas sesuatu.

Seperti saat ini, piring keduanya telah sama-sama habis tetapi Ambar masih dengan seru mendengar cerita Jovan tentang salah satu client bisnisnya yang ternyata adalah kaka kelasnya dulu sewaktu SMA, dan malah membuat mereka membahas kenangan masa SMA daripada membahas kerja sama bisnis.

“Emang Bandung tuh se-sempit itu ya ternyata.” Ambar menggelengkan kepalanya menganggapi cerita Jovan barusan.

“Iya, bener banget,” balas Jovan sambil tertawa.

“Now, how about you? gimana kerjaan kamu?” tanya Jovan.

“Hmm... Kerjaanku fine-fine aja sih, cuman lagi lumayan banyak. Aku sama temenku lagi handle 4 client yang semuanya pesen gaun nikahan dengan deadline yang cuman selang beberapa hari,” jawab Ambar.

“Wow, itu kalian handle semuanya berdua doang?” tanya Jovan lagi.

“Untuk design-nya iya, tapi produksi yang kaya jahit, pasang payet segala macem kita hire orang lain,” jawaban Ambar dibalas anggukan paham oleh Jovan.

Obrolan keduanya masih berlanjut sampai tanpa mereka sadari restauran tempat mereka makan siang yang tadinya penuh dengan pengunjung satu-persatu mulai pergi dan hanya menyisakan mereka berdua dan dua meja lainnya yang masih ditempati pengunjung.

Setelah pelayan memberikan bil dan juga kartu milik Jovan yang bersikeras untuk kembali membayar makanan mereka kali ini walaupun Ambar sudah mengatakan bahwa kali ini harus ia yang mebayar. Tapi lagi-lagi Ambar harus mengalah karena Jovan mengatakan bahwa ini adalah kado ulang tahun darinya untuk Ambar.

Keduanya berjalan menuju halaman depan restauran tempat dimana mereka berdua juga memarkirkan mobil masing-masing.

“Once again, Happy Birthday to you, Ambar,” kata Jovan sambil memasukan kedua tangan ke saku celananya.

“Thank you! and thanks juga buat tlaktirannya, lagi.” Ambar menekankan kata 'lagi' yang membuat Jovan tertawa.

“Hati-hati dijalan ya!” kata Jovan setelah Ambar memasuki mobilnya dan dibalas acungan jempol oleh perempuan itu.

“You too!” balas Ambar yang kini telah menyalakan mesin mobil.

“Udah sana masuk mobil!” seru Ambar pada Jovan yang masih berdiri di sisi mobilnya.

“No, kamu berangkat dulu aja,” jawab Jovan sambil mengangkat kedua bahunya.

“oke, oke.” Sebelum Ambar menginjak pedal gas mobilnya, perempuan itu melambaikan tangan ke arah Jovan yang juga melakukan hal yang sama.

“Bye!”

“Bye!”