20
“Yang, bosen mami liat kamu kerjaanya duduk depan laptop terus.” kata Lily sambil menaruh segelas kopi panas di atas meja.
“Ya gimana emang kerjaan aku di laptop semua.” jawab Lexi yang matanya tetap fokus pada layar laptop di depannya.
“Biarin lah anaknya lagi kerja di komentarin aja terus kamu tuh.” kali ini Ruby—papi Lexy— turut ikut dalam percakapan istri dan anaknya itu.
“Ya maksudnya mami kamu main kek gitu kemana, jalan-jalan keliling komplek sambil beli sayuran tuh di warung Bu RT.”
“Males ah nanti aku ditanya-tanya atau gak diajak gossip sama ibu-ibu.”
“Paling juga ditanya kapan nikah,” kata Ruby sambil menyeruput kopi yang barusan dibawa istrinya.
“Ya itu makanya aku males.”
“Cepet-cepet cari pacar makanya, biar kalo ditanya gitu bisa jawab.”
“Mami kira cari pacar segampang nyari tukang batagor?” Lexi menggelengkan kepalanya.
“Papi kenalin sama anaknya temen papi aja mau gak kamu?”
“Engga ah apaan, kaya semenyedihkan itu aku sampe dijodoh-jodohin kaya gitu.”
Ruby tertawa sambil mengusap kepala anak semata wayangnya, “Yaudah iya cari sendiri aja deh, asal jangan lama-lama aja Lex. udah tua nih kita berdua.”
“Iya, mami kan mau jadi nenek sebelum keriput, biar bisa di panggil Necan.”
“Apaan tuh necan?” tanya Lexi dan Ruby hampir berbarengan
“Nenek Cantik.” Jawaban Lily itu mampu membuat anak dan suaminya saling pandang satu sama lain dan akhirnya menggelengkan kepala secara bersamaan.