***

Dalam satu minggu hari sekolah, Nasya hanya punya 2 hari dimana ia bisa langsung pulang ke rumah setelah sekolah selesai. Sisa 3 hari lainnya dipenuhi jadwal beberapa les yang harus ia datangi. Salah satunya hari ini, setiap hari rabu Nasya harus mengikuti les matematika di salah satu tempat les terkenal di kota Bandung, beberapa teman sekolah Nasya juga sama-sama mengikuti les di tempat ini, termasuk Lula.

“Sumpah beneran deh, aku ngerasa bunda sama ayah malah buang-buang uang buat masukin aku les disini, masalahnya aku tetep ga ngerti!” Lula menaruh dagunya di atas meja kantin yang tengah mereka berdua tempati. Wajahnya terlihat sangat kusut, ditambah rambut panjangnya yang terlihat berantakan.

“Nih minum dulu deh, biar agak dingin tuh kepala kamu.” Nasya meyodorkan satu gelas ice lemon tea yang sebelumnya telah dipesan Lula.

“Kayanya semester depan aku beneran mau bilang ke bunda sama ayah deh, mending aku ikut les yang lain aja.”

“Mau diganti jadi les apa?” tanya Nasya sambil mengaduk jus jeruk yang tinggal tersisa setengahnya dengan sedotan plastik.

“Aku pengen nyoba les biola, kayanya keren deh kalo aku bisa biola.” wajah Lula tiba-tiba berubah menjadi lebih cerah.

“Eh seinget aku guru les pianoku juga bisa main biola deh, coba nanti aku tanya ya dia bisa ga kalo ngajar biola juga,” ujar Nasya yang langsung disambut anggukan antusias dari Lula.

Keduanya lanjut mengobrol sambil menunggu jemputan masing-masing datang, Lula yang akan dijemput oleh Bundanya dan Nasya yang menungu jemputan Pak Aryo.

Hp Lula yang ia taruh di atas meja tiba-tiba bergetar, menandakan ada panggilan masuk yang ternyata telfon dari bundanya yang memberi kabar kalo bundanya sudah ada di depan. Mendengar kabar itu Lula langsung bangkit dari duduknya setalah membereskan beberapa barangnya yang sebelumnya ia taruh di atas meja kantin.

“Sya, aku duluan ya!” ujar Lula.

“Iya, bye!” Nasya melambaikan tangannya, begitu juga dengan Lula.

Sepeninggalnya Lula, Nasya kembali duduk sendirian di meja kantin. anak perempuan itu memutuskan membuka hp-nya dan memainkan salah satu games yang disebut Kala sebagai “itu mah games ibu-ibu.” Padahal games permen-permen lucu ini adalah satu-satunya games yang Nasya suka—dan bisa ia mainnkan dengan cukup jago.

Tinggal 3 permen lagi yang harus Nasya bebaskan dari bubble berwarna biru muda itu ketika hp-nya bergetar dan memunculkan notifikasi pesan. Nasya kira itu pesan dari Pak Aryo, tapi nyatanya lima gelembung chat yang telah ia baca itu adalah pesan chat yang seharusnya tak pernah ia baca.