***

“Siang pa Jovan, untuk lunch hari ini mau saya pesankan seperti biasa?” pertanyaan Sarah—sekertaris Jovan—berhasil membuat atensi lelaki dengan kemeja abu-abu itu teralihkan dari tumpuka dokumen yang sedang ia baca.

“Oh, no thanks Sarah, saya mau lunch di luar hari ini. kamu order buat kamu sendiri aja,” jawaban Jovan yang langsung dibalas anggukan paham dari Sarah.

“Baik pa,”

Sekeluarnya Sarah dari ruangan kerjanya, Jovan melirik jam tangan yang ia gunakan di tangan kirinya, ternyata jam sudah menunjukan pukul 12 lebih 5 menit, ia masih punya waktu 25 menit sebelum janji temu dengan orang yang hari ini akan menjadi teman makan siangnya.

Bangkit dari duduknya, Jovan sedikit merenggangkan badan yang sudah terlalu lama duduk dengan posisi sedikit membungkuk untuk membaca tumpukan dokumen yang hingga saat ini masih tersisa lumayan banyak, hal itu membuat leher dan punggu lelaki dengan rambut hitam itu lumayan terasa kaku.

Jovan mengambil gelas kopi yang tinggal tersisa setengah itu, ini adalah gelas kopi keduanya hari ini. Karena bagi Jovan, rasa pahit dari kopi dan tentu saja kandungan kafein-nya adalah satu-satunya yang bisa membuat kedua matanya tetap terjaga dan juga membantu otaknya bekerja lebih ekstra, karena menjabat sebagai salah satu orang yang cukup penting di perusahaan bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Sekali lagi, ia melihat jam tangan di tangan kirinya, Jovan pikir lebih baik ia berangkat saat ini menuju tempat makan dimana ia memiliki janji temu dengan seseorang, walaupun sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dan hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit dari kantornya.