***

“Ini kita tuh ngerjain tugas 30% terus 70%-nya ketawa tau gak.” Kala menggelengkan kepalanya setalah tawanya reda karena ulah dua teman perempuannya yang saat ini wajahnya terlihat dari layar laptop.

“Aku beneran baru tau loh kalo bisa pake efek-efek kaya gini, lucu banget tadi muka kamu beneran kaya kelinci tau!” kata Nasya susah payah di sela tawanya yang tidak bisa berhenti sejak beberapa menit lalu.

“Udah ah udah ayo lanjut lagi, pegel nih pipi aku ketawa terus.” Lula memegang kedua pipinya yang benar-benar terasa pegal karena terus-terusan tertawa.

“Yaudah ayo! lanjut ya yang poin c.”

“Ini tuh kalian tinggal ambil kesimpulan dari jawaban poin b, nah terus disambungin aja sama jawaban dari artikel yang dikasih,” jelas Kala yang langsung dibalas anggukan paham dari Nasya dan Lula.

“Eh guys, bentar ya!” tiba-tiba Lula menghilang dari layar laptop yang membuat hanya kursi meja belajarnya yang terlihat di layar.

Beberapa detik bersela, terdengar suara obrolan dari microphone laptop Lula yang memang lupa ia mute, Nasya dan Kala jadi sedikit bisa mendengar obrolan temannya itu dengan seseorang di kamarnya.

“Hai guys! maaf ya tadi ada kaka sepupu aku, hehe,” kata Lula yang kini telah kembali terlihat di layar laptop.

“Suaranya cantik banget deh, Lul.” Nasya yang tadi bisa mendengar sedikit suara kakak sepupu Lula itu berkata secara spontan. Karena memang benar, entah kenapa ia merasa suara yang ia dengar tadi sangat cantik. Seperti suara lembut ibu peri.

“Hah emang suara bisa disebut cantik ya?” tanya Kala dengan kening yang berkerut, harusnya ia tidak perlu merasa kaget sih mendengar istilah-istilah aneh yang keluar dari seorang Nasya.

“Bisa, itu tadi suara cantik,” jawab Nasya penuh keyakinan sambil menganggukan kepalanya.