***

Seperti hari-hari biasanya, jam makan siang merupakan salah satu waktu dimana tempat makan akan penuh oleh orang-orang yang datang untuk mengisi perut mereka yang sudah terasa lapar dan juga badan yang butuh untuk diistirahatkan sejenak dari beban pekerjaan yang sudah mereka tanggung dari sejak pagi hari.

Begitu juga dengan seorang perempuan yang duduk di salah satu meja yang tepat berada di samping jendela, menghadap langsung kearah taman di restauran yang berada di pusat kota ini. Perempuan dengan blouse berwarna biru langit dan celana bahan berwarna putih itu terlihat tengah membukan iPad yang menampilkan beberapa dokumen pekerjaannya.

Sebenarnya janji temunya dengan seseorang masih 10 menit lagi, tapi datang lebih cepat beberapa menit bukanlah hal yang salah kan?

Jam di iPad yang tengah ia pegang itu menunjukan pukul 12.25 ketika seorang lelaki jangkung dengan setelan fomal—kemeja dan celana kain— berdiri tepat di hadapannya dengan wangi sitrus yang tercium sangat jelas dari jarak mereka yang hanya terhalang satu meja.

“Ambar? sorry yang nunggu lama ga?” Lelaki itu menjabat tangan Ambar yang kini telah berdiri dari duduknya dan juga mengulurkan tangan untuk membalas jabatan tangan itu.

“Engga kok, santai aja,”

Ambar dan Jovan kini duduk di bangku masing-masing. “Kantor-nya deket dari sini?” tanya Ambar.

“Lumayan, cuman 10 menit pake mobil” Jawab Jovan sambil menggulung bagian tangan kemeja panjangnya yang langsung membuat tampilan lelaki dengan rahang tegas itu berubah menjadi jauh lebih santai.

“by the way, maaf banget ya pak Jovan saya jadi ngerepotin gini,” dapat Jovan dengar jelas ada nada menyesal dari perempuan yang kini duduk di depannya.

“No problem, lagian salah saya juga sama-sama ga inget kalau kamu nitipin suratnya ke saya,” jawab Jovan dengan senyum maklum.

“oh iya, kamu ga panggil saya pake 'pak' juga gapapa, saya kan seumur sama Zefa, jadi ga begitu tua kan ya?”

“Eh? terus panggil apa kalo bukan pa? om?” pertanyaan Ambar berhasil menggundang tawa dari Jovan.

“Ya jangan om juga dong saya kesannya jadi kaya apaan”

“Oh iya oke, oke. mas Jovan. Gimana?”

“sounds better.” Jovan menganggukan kepalanya.